Sabtu, 28 November 2015

Penjelasan Kalimat Baku Beserta Contohnya

Dalam Bahasa Indonesia, sering disebutkan mengenai penggunaan kalimat baku. Sebenarnya, apa itu kalimat baku? Sepenting apakah penggunaan kalimat ini?

Secara umum, kalimat baku adalah kalimat yang penyusunan dan penulisannya sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia. Kalimat baku juga sering disamakan dengan kalimat efektif. Kedua kalimat tersebut sama-sama sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia. Namun kalimat efektif belum tentu termasuk kalimat baku, sementara kalimat baku sudah pasti merupakan kalimat efektif. Hal tersebut disebabkan karena penggunaan kalimat efektif berbeda dengan kalimat baku. Kalimat efektif lebih ditujukan agar mudah dipahami oleh pembaca serta dapat memunculkan gagasan.

Jika mendengar kalimat baku, pasti yang terlintas di benak adalah tentang penggunaan kata-kata baku. Lantas apa itu kata baku? Apakah kata baku bisa disamakan dengan kalimat baku? Tentu saja tidak. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa, sedangkan kalimat memiliki artian kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan. Secara definisi saja antara kata dan kalimat memiliki perbedaan. Namun antara keduanya memiliki keterikatan, yaitu bahwa kalimat baku harus tersusun atas kata-kata baku.

Suatu kalimat dapat dikatakan baku apabila sudah memenuhi syarat-syarat kebakuan kalimat, antara lain:


1. Logis

Maksud dari logis adalah apabila kalimat tersebut dapat diterima dengan akal sehat.
Contoh kalimat yang tidak logis:

          Bagi yang membawa alat bantu hitung harap dikumpulkan.

Kalimat di atas tidak logis sebab kalimat tersebut justru menyuruh orang yang membawa alat hitung untuk dikumpulkan. padahal, maksud yang diinginkan adalah alat bantu hitungnya yang dikumpulkan.
Maka bentuk logis dari kalimat di atas adalah:

         Bagi yang membawa alat bantu hitungnya harap mengumpulkan mengumpulkan alat bantu hitungnya.


2. Hemat

Maksud dari hemat adalah tidak ada pemborosan kata dalam kalimat.
Contoh kalimat yang tidak hemat:

          Rapat desa hanya dihadiri oleh para bapak-bapak kepala dusun.

Kalimat di atas tidak hemat sebab terdapat dua kata jamak yaitu kata 'para' dan 'bapak-bapak'. Agar hrmat maka penulisan kata jamaknya cukup satu saja.
Maka bentuk hemat dari kalimat di atas adalah:

           Rapat desa hanya dihadiri oleh bapak-bapak kepala dusun.


3. Padu

Maksud dari padu adalah adanya kesinambungan antara satu kalimat dengan kalimat lain agar tidak terjadi kesalahan penafsiran. 
Contoh kalimat yang tidak padu:

         Seorang penulis ketika mendapatkan ide harus segera menuliskannya.

Kalimat di atas dianggap tidak padu karena menyalahi syarat kepaduan kalimat yaitu bahwa tidak boleh ada keterangan di antara subjek dan predikat.
Maka bentuk padu dari kalimat di atas adalah:

         Ketika mendapatkan ide, seorang penulis harus segera menuliskannya.


4. Ketepatan Struktur

Ketepatan struktur kalimat harus diperhatikan agar tidak terjadi kerancuan atan salah penafsiran terhadap suatu kalimat.
Contoh kalimat yang strukturnya tidak tepat:

         Aku memasakkan ayam adikku.

Kalimat di atas strukturnya tidak tepat karena peletakkan objek yang salah. Kalimat tersebut justru bermaksud  bahwa adikku akan dimasak untuk ayam.
Maka struktur yang tepat untuk kalimat di atas adalah:

          Aku memasakkan adikku ayam.



Tak hanya syarat-syarat di atas yang menjadi acuan dalam membuat kalimat baku, berikut ini adalah hal-hal penting yang harus diperhatikan saat menulis kalimat baku:

1. Penggunaan Tanda Baca

Penggunaan tanda baca yang salah akan menyebabkan kalimat menjadi tidak baku.
  • Kalimat tidak baku: Apa yang sedang anda lakukan pak?
  • Kalimat baku: Apa yang sedang anda lakukan, pak?
 

2. Penggunaan Huruf Kapital

Penggunaan huruf kapital yang tepat merupakan hal yang sangat penting dalam menuliskan kalimat baku.
  • Kalimat tidak baku: Presiden republik indonesia joko widodo hadir di ktt asean.
  • Kalimat baku: Presiden Republik Indonesia Joko Widodo hadir di KTT ASEAN.

Senin, 23 November 2015

Hati-Hati dalam Menggunakan Imbuhan -nya Pada Suatu Kalimat

Bila melihat realita saat ini, penggunaan imbuhan -nya yang sesuai kaidah Bahasa Indonesia kerap disepelekan oleh banyak orang. Biasanya penggunaan imbuhan -nya ini mengalami kesalahan ketika diucapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selebihnya, kesalahan masih sering terjadi pada penulisan yang tidak resmi, misalnya dalam penulisan pesan singkat yang nampaknya sudah sangat menjamur di masyarakat awam. Kesalahan penggunaan baik secara pengucapan maupun secara penulisan dapat dilihat dari permisalan berikut ini:

  • Permisi, Pak. Apakah Budinya ada?
  • Itu semua terserah kamunya.
  • Mari kita berdoa kepada Tuhan, semoga kita senantiasa mendapatkan perlindungan dan ampunannya.

Jadi, apa yang salah dari kalimat-kalimat di atas? Untuk lebih lanjutnya, mari pahami terlebih dahulu mengenai posisi imbuhan -nya pada suatu kalimat. Imbuhan -nya terletak di akhir kalimat sehingga disebut sebagai sufiks (akhiran), yang mana penulisan sufiks -nya ini diimbuhkan pada akhir kata. Contoh penulisan sufiks -nya:
  •  Obatnya harus diminum tiga kali sehari.
  • Jangan lupa tasnya dibawa!
  • Suaminya seorang tentara.

Sufiks -nya ini dibagi menjadi dua macam, yaitu: 

a. Sufiks -nya yang digunakan untuk kata ganti orang
yaitu sufiks yang menggantikan subyek baik itu sebagai pelaku maupun sebagai pemilik. Contoh:
  • Kita tidak diperkenankan mencoret-coret bukunya. (-nya sebagai pemilik)
  • Semua harus sesuai dengan rencananya. (-nya sebagai pelaku)

b. Sufiks -nya yang digunakan hanya sebagai akhiran
Jadi sufiks ini hanya sebagai akhiran yang berfungsi mempertegas kkata yang diikutinya. Contoh:
  • Apanya yang salah dari tindakan ini?
  • Semuanya hanya sekadar angan.
Sufiks -nya ini tentu saja memiliki kedudukan yang sangat fungsional dalam suatu kalimat. Bahkan penggunaan sufiks -nya sesungguhnya tak bisa dihindari dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi sufiks -nya sendiri antara lain:
  1. Sufiks -nya digunakan sebagai transposisi kata atau antara dua kata yang akan dijadikan suatu kata benda. Contoh: Baik-buruknya kenyataan yang terjadi, semua telah kukembalikan kepada Tuhan.
  2. Sufiks -nya digunakan untuk menjelaskan atau menekankan kata yang diikutinya. Contoh:  Sekarang adalah waktunya main.
  3. Sufiks -nya digunakan untuk menjelaskan situasi. Contoh: Bereka berteriak dengan kerasnya.
  4. Sufiks -nya digunakan untuk beberapa kata yang memang harus dirangkai diakhiri dengan -nya, misalnya pada kata agakya, rupanya, sesungguhnya, sebenarnya dan lain-lain.

Jadi, kesimpulannya adalah
1. Sufiks (akhiran) -nya tidak boleh diletakkan secara sembarangan pada sebuah nama atau kata ganti, sebab sufiks -nya itu sendiri sudah merupakan kata ganti orang atau kata kepemilikan.
2. Penulisan sufiks -nya disambung dengan kata yang diikutinya.
3. Penulisan sufiks -nya untuk kata ganti Tuhan harus diawali dengan huruf besar.
4. Contoh perbaikan penggunaan sufiks -nya:
  • "Permisi, Pak. Apakah Budinya ada?" menjadi "Permisi, Pak. Apakah Budi ada?"
  • "Itu semua terserah kamunya." menjadi "Itu semua terserah kamu."
  • "Mari kita berdoa kepada Tuhan, semoga kita senantiasa mendapatkan perlindungan dan ampunannya." menjadi "Mari kita berdoa kepada Tuhan, semoga kita senantiasa mendapatkan perlindungan dan ampunan-Nya."


Rabu, 18 November 2015

Penulisan dan Penggunaan Partikel -kah, -lah, -tah, pun serta per

Partikel atau kata tugas merupakan suatu kata atau frasa yang ada kaitannya dengan suatu kata dan tidak dapat berdiri sendiri. Penggunaan partikel sendiri adalah dengan cara melekatkannya kepada kata yang tidak dapat berdiri sendiri tersebut. Partikel atau kata tugas tersebut dibagi menjadi 5 kelompok, salah satunya adalah Partikel Penegas.

Partikel Penegas merupakan kata yang tidak dapat berubah bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya serta mempertegas makna kata yang diikutinya. Contoh: -kah, -lah, -tah, pun.

1. Partikel -kah

Partikel -kah ini digunakan untuk mempertegas kata yang digunakan dalam suatu kalimat pertanyaan. Penulisannya adalah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Contoh:
  • Apakah kamu sudah sembuh?
  • Berapakah harga baju ini?
  • Bolehkah aku membaca buku ini?
  • Bagaimanakah kamu mengatasi semua masalahmu?

2. Partikel -lah

Partikel -lah ini digunakan untuk mempertegas kata yang digunakan dalam suatu kalimat pernyataan, saran mau pun seruan . Penulisannya adalah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Contoh:
  • Biarlah aku selesaikan sendiri pekerjaanku ini.
  • Buanglah sampah pada tempatnya!
  • Minumlah obat ini tiga kali sehari.
Selain itu, partikel -lah juga berfungsi sebagai penghalus kalimat. Misalnya saja pada kalimat "Cuci semua pakaian ini sampai bersih!" kesannya terlalu kasar untuk dibaca, maka bila ditambahkan partikel -lah akan menjadi "Cucilah semua pakaian ini sampai bersih." sehingga kesan kalimatnya akan terlihat lebih halus.


3. Partikel -tah

Partikel -tah ini digunakan untuk mempertegas kata yang digunakan dalam suatu kalimat pertanyaan. Penulisannya adalah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Partikel -tah dahulunya sering digunakan dalam karya sastra lama. Kini partikel ini sudah jarang dipakai sebab hanya dianggap sebagai sebuah retorika semata, dimana pertanyaan yang di dalamnya terdapat partikel -tah ini dianggap tidak memerlukan jawaban. Hanya ada tiga partikel -tah yang sering digunakan, yaitu apatah, manatah, dan siapatah.

Contoh:
  • Apatah yang harus kulakukan jika masalahnya serumit ini?
  • Manatah ada yang dapat mengobati luka hatiku ini?
  • Siapatah orang yang sudah membuat kacau isi hatiku ini?

4. Partikel pun

Partikel pun digunakan untuk menegaskan suatu kalimat pernyataan. Namun, pada partikel ini penulisannya terpisah dengan kata yang mendahuluinya.

Contoh:
  • Pada akhirnya aku pun mengerti bahwa kau bukanlah yang terbaik bagiku.
  • Mereka pun tertawa setelah melihat adegan film di televisi.
  • Orang-orang jenius pun tak dapat mengerjakan soal ini, apalagi kamu.
Namun demikian, ada pengecualian pada beberapa kata partikel pun yang penulisannya serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Hal tersebut dikarenakan kata tersebut lazim dianggap padu untuk menjadi suatu kesatuan kata. Kata-kata tersebut adalah adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, dan walaupun.

Contoh:
  • Meskipun malam telah larut, ia tetap belajar dan tak menghiraukan peringatan ibunya.
  • Sekalipun nilainya jelek, gadis kecil itu tetap tidak berputus asa dalam belajar.
  • Bagaimanapun juga rinduku padamu ini tetap menyesakkan.

5. Partikel per

Partikel per mempunyai arti "demi", "tiap", "mulai". Partikel ini digunakan untuk menjelaskan suatu kalimat yang terdapat pernyataan mengenai satuan jumlah maupun satuan waktu. Pada partikel ini penulisannya terpisah dengan kata yang mengikutinya .

Contoh:
  • Harga beras mengalami kenaikan sebesar Rp 500,00 per liter.
  • Para penumpang memasuki pintu masuk kapal satu per satu.
  • Biaya pendidikan akan mengalami kenaikan per 1 Agustus mendatang.

Selasa, 17 November 2015

Mengenal Partikel dalam Bahasa Indonesia

Partikel dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai artian yaitu kata yang biasanya tidak dapat diderivasikan atau diinfleksikan, mengandung makna gramatikal dan tidak mengandung makna leksikal, termasuk di dalamnya artikel, preposisi, konjungsi, dan interjeksi. Secara umum partikel merupakan kata tugas. Kata tugas sendiri merupakan suatu kata atau frasa yang ada kaitannya dengan suatu kata yang tidak dapat berdiri sendiri. Penggunaan partikel sendiri adalah dengan cara melekatkannya kepada kata yang tidak dapat berdiri sendiri tersebut.

Partikel atau kata tugas tersebut dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu:


1. Preposisi (Kata Depan)

Preposisi berasal dari Bahasa Latin prae yang berarti sebelum dan ponere yang berarti menempatkan atau tempat. Secara umum preposisi merupakan kata yang terdapat di depan nomina (kata benda) dan promina (kata ganti). Preposisi biasanya berbentuk kata, namun ada pula yang merupakan gabungan kata.

Preposisi digolongkan menjadi 4, antara lain :
  • Preposisi yang Menandai Tempat (di, ke, dari). Penulisannya harus dipisah dengan kata yang mengikutinya, contoh: di sekolah, ke pasar, dari    terminal. Terkecuali untuk kata kepada, keluar, kemari, daripada penulisannya harus tetap digabung.
  • Preposisi yang Menandai Maksud dan Tujuan (untuk, guna)
  • Preposisi yang Menandai Waktu (hingga, hampir)
  • Preposisi yang Menandai Sebab (demi, atas)

2. Konjungsi (Kata Sambung) 

Konjungsi merupakan suatu kata yang menjadi penghubung antarkata, antarklausa, antarkalimat, serta antar paragraf tanpa ada maksud selain itu. Contoh-contoh konjungsi:
  • dan
  • atau
  • tetapi
  • seandainya
  • supaya
  • walaupun
  • seperti
  • bahwa
  • sehingga
  • oleh karena

3. Interjeksi (Kata Seru)

Interjeksi merupakan ungkapan perasaan atau melambangkan tiruan bunyi yang tidak bisa diberi imbuhan serta tidak mempunyai dukungan dengan bentuk lain. Contoh-contoh interjeksi:
  • ah
  • aduh
  • meong

4.  Artikel (Kata Sandang)

Artikel merupakan suatu kata yang tidak mempunyai arti namun menjelaskan nomina (kata benda). Dalam Bahasa Indaonesia, artikel memiliki 3 fungsi, yaitu:
  • Digunakan sebagi Gelar. Misalnya Sang Raja, Sri Sultan.
  • Digunakan untuk Mengacu pada Suatu Kelompok. Misalnya para ulama, umat manusia.
  • Untuk Menominalkan (membuat kata sifat menjadi kata benda). Misalnya si cantik, yang mulia.

5. Partikel Penegas

Merupakan kata yang tidak dapat berubah bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya serta mempertegas makna kata yang diikutinya. Contoh: -kah, -lah, -tah, dan pun. Penggunaan partikel -kah, -lah-, -tah, pun ini dapat dilihat dari beberapa contoh berikut:
  • Apakah kemarin hujan deras?
  • Pergilah semaumu, lantas pulanglah bila kau sudah merasa lelah.
  • Apatah diriku yang hanya bisa mencintaimu dalam diam?
  • Aku pun akhirnya mengerti bahwa dirimu tak cukup berarti untuk kuperjuangkan.

Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Ketika Menulis Judul

Dalam suatu karya tulis, baik karya tulis ilmiah maupun karya tulis fiksi pasti di dalamnya terdapat suatu judul. Judul merupakan sebuah nama yang menyiratkan isi suatu karya tulis. Dalam suatu karya tulis, judul berperan sebagai kepala karangan. Judul hanya terdiri dari beberapa kata saja, namun sependek apapun suatu judul keberadaannya tetaplah mutlak bagi suatu karya tulis.

Mengingat pentingnya suatu judul bagi keberadaan suatu karya tulis, maka tak mengherankan bila penulisan judul ini harus diperhatikan dengan lebih mendetail. Sebab, judul menjadi wakil dari keseluruhan isi suatu karya tulis sehingga penulisannya dibutuhkan suatu teknis yang handal demi terciptanya suatu karya tulis yang menarik dan berkualitas.

Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan ketika menulis judul karya tulis:


Perhatikan Penggunaan Huruf Kapital

Dalam penulisan judul, penggunaan huruf kapital merupakan suatu hal yang sangat penting sebab hal tersebut secara spontan melukiskan kualitas tulisan. Huruf kapital digunakan untuk menulis di awal judul dan tiap kata pada judul kecuali untuk kata-kata yang bersifat partikel, misalnya di, ke, dan, dari, yang, dan sebagainya. Kata-kata yang bersifat partikel hanya boleh ditulis dengan huruf kapital apabila terletak di awal judul.

Contoh penggunaan huruf kapital yang tepat :
  1. Teknik Pengelolahan Tanah yang Efektif
  2. Belajar Membaca dan Menulis
  3. Dari Pulau Sabang ke Pulau Merauke

Cermati Penggunaan Kata Ulang

Penggunaan kata ulang dalam suatu judul pun sangat perlu untuk diperhatikan. Kata ulang dibedakan menjadi dua, yaitu :
  • Kata Ulang Sempurna, yaitu kata ulang yang pengulangannya sama serta penulisannya menggunakan huruf kapital semua. Contoh: Undang-Undang, Hal-Hal,  Murid-Murid, dan sebagainya.
  • Kata Ulang Berubah Bunyi, yaitu kata ulang yang kata pengulangannya telah berubah bunyi dan penulisannya tidak perlu menggunakan huruf kapital untuk kata pengulangannya. Cukup kata depan saja yang menggunakan huruf kapital. Contoh : Sayur-mayur, Kacau-balau, Pernak-pernik, dan sebagainya.
  • Kata Ulang Berimbuhan, yaitu kata ulang yang salah satu unsurnya menggunakan imbuhan. Sama seperti penulisan kata ulang berubah bunyi, penulisan huruf cukup satu saja. Contoh: Kejar-mengejar, Berkali-kali, Pukul-memukul, dan sebagainya.
Selain poin-poin di atas, dalam penulisan judul yang berkaitan dengan pengulangan kata juga harus diperhatikan penggunaan kata jamak. Kata jamak merupakan kata ulang yang dimaksudkan untuk menyatakan sesuatu yang berjumlah banyak. Jika suatu judul sudah menggunakan bentuk jamak, maka kata jamak ini tidak perlu digunakan lagi. Contoh penggunaan kata jamak yang tidak tepat :
  • 10 Hal-Hal yang Harus Dilakukan Sebelum Tidur
  • 20 Ciri-Ciri Penderita Diabetes
 Contoh penggunaan kata ulang yang tepat :
  1. Penerapan Undang-Undang Mengenai Larangan Merokok
  2. Berburu Pernak-pernik Khas Borobudur
  3. 10 Hal yang Harus Dilakukan Sebelum Tidur
  4. 20 Ciri Penderita Diabetes
Berhati-hati Dalam Menggunakan Tanda Baca

Sebenarnya tanda baca jarang digunakan dalam penulisan judul. Apalagi penggunaan tanda titik merupakan suatu hal yang haram dibubuhkan pada suatu judul. Namun, ada juga judul yang berupa tanda tanya, maka jangan lupa untuk memberikan tanda tanya pada judul tersebut.
Contoh :
  1. Apa Itu Bahagia?
  2. Bagaimana Cara Sukses dalam Menjalankan Bisnis Online?

Menulis judul merupakan keterampilan tersendiri yang harus dimiliki oleh setiap penulis mengingat pentingnya suatu judul bagi sebuah karangaan. Maka jangan sampai penulisan judul melenceng dari aturan-aturan di atas, sebab suatu judul akan menggambarkan secara eksplisit kualitas sebuah karangan. Selain itu judul merupakan senjata utama dalam menarik minat baca para pembaca.